PSIKOANALISIS
KLASIK
Teori psikoanalisis adalah salah
satu sumbangan Freud yang paling komprehensif di antara teori kepribadian lainnya. Peran penting dari ketidaksadaran
berserta insting-insting seks dan agresi yang ada di dalamnya dalam pengaturan
tingkah laku menjadi karyanya. Sistematika yang dipakai Freud dalam
mendiskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yakni; struktur
kepribadian, dinamika keprbadian, dan perkembangan kepribadian.
A.
Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki
tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious),
prasadar (preconscious), tak-sadar (unconscious). Teori ini dipakai sampai
tahun 1920, namun pada tahun 1923 Freud memperkenalkan tiga unsur lain yakni
id, ego dan superego. Enam pendukung kepribadian itu adalah sebagai berikut:
1.
Sadar (conscious)
Menurut Freud, dalam tingkat kesadaran
hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan
dan ingatan) yang masuk kedalamnya. Isi daerah itu merupakan hasil penyaringan
yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal
yang hanya bertahan dalam waktu singkat dan akan bergeser ke arah prasadar dan
tidak sadar saat orang memindahkan perhatiannya.
2.
Prasadar (preconscious)
Tingkat
kesadaran yang satu ini dapat disebut juga ingatan siap (available memory) yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan
anatar sadar dan tidak sadar. Isi prasadar merupakan pengalaman yang ditinggal
oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati akan
tertekan dan berpindah ke preconscious.
Ini bisa muncul dalam bentuk simbolik seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan
mekanisme pertahanan diri.
3.
Tak-sadar (unconscious)
Ini
adalah bagian paling dalamdari struktur kesadaran yang berisi insting, implus
dan drives yang dibawa dari lahir dan pengalaman-pengalaman traumatik. Isi atau
materi ketidaksadaran itu memiliki kecendrungan kuat untuk bertahan terus dalam
ketidaksadaran, pengaruhnya dalam mengatur tingkah laku sangat kuat namun tetap
tidak disadari.
4.
Id
Id adalah sistem kepribadian asli yang
dibawa sejak lahir. Dari sini baru akan muncul ego dan super ego. Id beroperasi
berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure
principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa
sakit.
Bagi id kenikmatan adala keadaan yang
relatif inaktif atau tingkat enerji yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan
atau peningkatan energi yang mendambakan kepuasan.
Pleasure
Principle dibagi dengan dua cara, pertama, Tindak
Refleks (reflex action) yang
merupakan reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengerjapkan mata –
dipakai sebagai penanganan pemuas rangsang sederhana dan biasanya mudah
dilakukan. Kedua, Proses Primer (primary
process) adalah reaksi membayangkan sesuatu yang dapat mengurangi atau
menghilangkan tegangan. Proses pembentukan gambaran obyek yang dapat mengurangi
tegangan disebut pemenuhan hasrat (wish
fulfillmet) yang berupa mimpi, lamunan dan halusinasi psikotik.
Alasan mengapa Id memunculkan ego,
karena Id hanya dapat membayangkan sesuatu, dan tidak mempu menilai yang benar
dan salah khususnya masalah moral.
5.
Ego
Ego berkembang dari Id agar orang dapat
menangani realita sehingga Ego beroperasi mengikuti prinsip realita yang
dikerjakan melalui proses sekunder yakni berfikir realistik menyusun rencana
dan mengujiapakah rencana itu menghasikan obyek yang dimaksud. Proses pengujian
itu desebut uji realita; melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah
difikirkan secara realistik.
Ego adalah eksekutif dari kepribadian,
yang memiliki dua tugas utama; pertama, memilih stimuli mana yang hendak
direspon dan insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas
kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dupuaskan
berdasarkan dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal.
6.
Superego
Ini adalah kekuatan moral dan etnik dari
kepribadian, yang beroperasi memakai prisnsip idealistik. Superego beroperasi
di tiga daerah kesadaran namun tidak memiliki kontak dengan dunia luar. Prinsip
idealistik mempunyai dua subprinsip yakni conscience
dan egoideal.
Superego bersifat nonrasional dalam
menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras kesalahan ego baik yang sudah
dilakukan maupun yang maish dalam pikiran. Ada tiga fungsi superego; mendorong
ego menggantikan tujuan-tujuan realistik, merintangi implus id, terutama implus
seksual dan agresif yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat, dan
mengejar kesempurnaan.
B.
Dinamika Kepribadian
Insting adalah perwujudan dari kebutuhan
tubuh yang menuntut pemuasan. Energi insting dapat dijelaskan dari :
1.
Sumber Insting
Insting adalah kondisi jasmaniah atau
kebutuhan. Sepanjang hayat sumber insting bersifat konstan, tidak berubah
kecuali akiban kemasakan karena kemasakan akan menimbulkan kebutuhan jasmani
yang baru yang akan memunculkan insting yang baru pula.
2.
Tujuan Insting
Tujuan insting bersifat konstan yaitu
insting sebagai pemucu tegangan dan Id, Ego, Superego bekerja untuk mereduksi
tegangan itu. Tujuan insting juga bersifat regressive
(kembali keasal) yaitu berusaha kembali kekeadaan sebelum munculnya
insting. Tujuan insting juga bersifat konservatif yaitu mempertahankan
keseimbangan organisme dengan menghilangkan stimulasi-stimulasi yang
mengganggu.
3.
Obyek Insting
Obyeknya adalah segala sesuatu yang
menjebatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya. Obyek insting
berubah-rubah sepanjang waktu. Displacement adalah pamindahan obyek asli ke
obyek lainnya sedangkan yang dimaksud derivative instict adalah obyek yang
dipindahkan dan menjadi permanen. Kedua hal tersebut yang membuat
keanekaragaman tingkah laku manusia.
4.
Daya Dorong Inting
Kekuatan / intensitas keinginan
berbeda-beda setiap waktu. Kebutuhan yang penting akan mendapat energi yang
lebih besar dibandingkan kebutuhan yang kurang penting.
Jenis insting dibagi atas dua jenis,
pertama Insting Hidup dan Insting Seks dan kedua Insting Mati. Dibawah ini
penjelasan jenis-jenis isting tersebut.
1.
Insting Hidup dan Insting Seks
Insting hidup disebut juga Eros adalah
dorongan yang menjamin survival dan reproduksi, seperti, lapar, haus, dan seks.
Energi yang dipakai untuk insting hidup disebut libido. Menurut Freud inting
hidup yang terpenting adalah insting seks karena berhubungan dengan kepuasan
yang diperoleh bagian tubuh lainnya yang dinamakan daerah erogen (erogenous zone). Daerah ini peka dan
perangsangan didaerah itu akan menimbulkan kepuasan yang menghilangkan
ketegangan.
Tujuan utama dari insting seks adalah
mereduksi tegangan seks tidak dapat durubah namun cara bagaimana tujuan itu
dapat dicapai dapat berubah dan bervariasi. Bagi Freud semua aktivitas yang
memberi kenikmatan dapat dilacak hubungannya dengan insting seksual.
2.
Insting Mati
Insting mati atau insting
destruktif (destructive instincts, disebut juga thanatos) bekerja secara
sembunyi-sembunyi dibanding insting hidup. Menurut Freud , tujuan semua
kehidupan adalah kematian. Freud berpendapat bahwa tiap orang mempunyai
keinginan yang tidak disadarinya untuk mati. Suatu derivatif insting-insting
mati yang terpenting adalah dorongan agresif (aggressive drive). Insting mati
mendorong orang untuk merusak diri sendiri, dan dorongan agresif merupakan
bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri (suicide).
Distribusi dan Pemakaian Enerji
Dinamika kepribadian ditentukan oleh
cara enerji psikis didistribusi dan dipakai oleh id-ego-superego. Jumlah enerji
psikis terbatas, dan ketiga unsur struktur itu bersaing untuk mendapatkannya.
Kalau salah satu unsur menjadi lebih kuat maka dua yang lain menjadi lemah,
kecuali ada enerji baru yang ditambahkan atau dipindahkan ke sistem itu.
Pada mulanya, seluruh enerji psikis
menjadi milik id dan dipakai untuk memenuhi hasrat (wishfulfillment) melalui
aksi refleks, proses primer. Enerji itu diinvestasikan (cathects) kepada suatu
objek untuk memuaskan hasrat. Proses pemakaian enerji oleh id disebut pemilihan
objek (object cathexes id) atau instinctual object cathexes.
Ego tidak mempunyai enerji sendiri,
sehingga harus menarik enerji dari id. Proses pengalihan enerji ini disebut
identifikasi yakni proses ego mencocokkan gambaran mental dari id dengan
kenyataan aktual. Id berprinsip bahwa obyek nyata harus sama dengan gambaran
atau fantasi mengenai obyek yang diinginkan, sedang ego berprinsip gambaran
obyek bisa berbeda dengan obyek nyata, gambaran itu harus dikonfrontasi dengan
kenyataan dan peluang untuk memperolehnya. Konsep identitas ini sangat penting
karena semua kemajuan kognitif adalah ujud dari gambaran mental mengenai dunia
yang semakin mendekati kenyataan. Sebagian enerji juga dipakai untuk mengekang
id agar tidak bertindak impulsif dan irasional. Daya kekang ini disebut
anticathexes yang melawan dorongan cathexes id. Antikateksis juga dipakai untuk
melawan superego yang terlalu menindas kebebasan rasional. Ego melindungi diri
dengan mekanisme (defense mechanism) di kala id dan superego menjadi ancaman.
Ego sebagai eksekutif kepribadian memakai enerji untuk mengatur aktifitas dari
tiga struktur itu dalam kesatuan.
Superego mendapat enerji dari id
melalui proses identifikasi. Orang tua menyalurkan nilai-nilai sosial kepada
anaknya melalui pemberian hadiah dan hukuman. Aturan moral mewakili usaha
masyarakat untuk mengontrol dan mencegah pengungkapan dorongan primitif,
terutama dorongan seksual dan agresi.
Kecemasan (Anxiety)
Kecemasan adalah fungsi ego untuk
memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga
dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Ada tiga jenis kecemasan:
1.
Kecemasan realistik
(realistic anxiety) adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar.
Kecemasan ini menjadi asal muasal timbulnya kecemasan neurotik dan kecemasan
moral.
2.
Kecemasan neurotik
(neurotic anxiety) adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari
orang tua atau unsur penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting dengan
caranya sendiri, yang diyakininya bakal menuai hukuman.
3.
Kecemasan moral
(moral anxiety), kecemasan moral timbul ketika orang melanggar standar nilai
orang tua
Perbedaan kecemasan moral dan
kecemasan neurotik adalah perbedaan prinsip yakni : tingkat kontrol ego. Pada
kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya berkat enerji
superego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang dalam keadaan
distres-terkadang panik-sehingga mereka tidak dapat berpikir jelas dan enerji
id menghambat penderita kecemasan neurotik membedakan antara khayalan dengan
realita.
Mekanisme Pertahanan (Defense
Mechanism)
Bagi
freud, mekanisme pertahanan adalah strategi yang dipakai individu untuk
bertahan melawan ekspresi impuls id serta menentang tekanan super ego.
Menurutnya, ego mereaksi bahaya munculnya impuls id memakai dua cara:
1.
Membentengi impuls
sehingga tidak dapat muncul menjadi tingkahlaku sadar.
2.
Membelokkan impuls
itu sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan atau diubah.
Freud
hanya mendeskripsi tujuh mekanisme pertahanan; identification, displacement,
repression, fictation, regression, reaction formation, projection.
Pengikut-pengikutnya, Anna Freud menambah lebih dari 10 dinamika mekanisme
pertahanan. Semua mekanisme pertahanan mempunyai tiga persamaan ciri:
1.
Mekanisme
pertahanan itu beroperasi pada tingkat tak sadar.
2.
Mekanisme
pertahanan selalu menolak, memalsu, atau memutar-balikkan kenyataan.
3.
Mekanisme
pertahanan itu mengubah persepsi nyata seseorang, sehingga kecemasan menjadi
kurang mengancam.
Menurut Freud, jarang ada orang yang
memakai hanya satu mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari kecemasan.
Umumnya orang memakai beberapa mekanisme pertahanan, baik secara bersama-sama
atau secara bergantian sesuai dengan bentuk ancamannya. Mekanisme pertahanan
yang paling banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
Identifikasi (Identification)
Identifikasi sebagai sarana ego dan
superego memperoleh enerji psikis dari id. Konsep identifikasi sebagai
mekanisme pertahanan sejalan dengan konsep pemindahan enerji psikis itu. Ketika
ego mengidentifikasi khayalan mental dengan kenyataan hasil persepsi, itu
berarti suatu hal internal dicocokkan dengan eksternal. Mekanisme pertahanan
identifikasi umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan:
1.
Identifikasi
merupakan cara orang dapat memperoleh kembali sesuatu(obyek) yang telah hilang.
Anak yang merasa ditolak orangtuanya cenderung membentuk identifikasi yang kuat
dengan orangtuanya itu dengan harapan dapat memperoleh penerimaan orangtuanya.
2.
Identifikasi
dipakai untuk mengatasi rasa takut. Anak mengidentifikasi larangan-larangan
orangtuanya agar terhindar dari hukuman.
3.
Melalui
identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan mencocokkan khayalan mental
dengan kenyataan. Proses identifikasi sangat penting dalam dinamika dan
perkembangan kepribadian.
Pemindahan/Reaksi Kompromi (Displacement/Reactions Compromise)
Manakala obyek kateksis asli yang
dipilih oleh insting tidak dapat dicapai karena ada rintangan dari luar(sosial,
alami) atau dari dalam(antikateksis), insting itu direpres kembali ke
ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis baru, yang berarti pemindahan
enerji dari obyek satu ke obyek yang lain, sampai ditemukan obyek yang dapat
mereduksi tegangan.
Sumber dan tujuan dari insting
selalu tetap, obyeknya yang berubah-ubah melalui displacement. Obyek pengganti
jarang dapat memberi kepuasan atau mereduksi tegangan seperti obyek aslinya,
dan semakin obyek pengganti itu berbeda dengan yang asli, maka semakin sedikit
tegangan dapat direduksi. Proses mengganti obyek kateksis untuk meredakan
ketegangan di atas, adalah kompromi antara tuntutan insting dengan realitas ego
disebut reaksi kompromi(reaction compromise). Ada tiga macam reaksi
kompromi, yakni sublimasi, substitusi, dan kompensasi(sublimation, subtitution,
compensation).
1.
Sublimasi adalah
kompromi yang menghasilkan prestasi budaya yang lebih tinggi, diterima
masyarakat sebagai kultural kreatif
2.
Substitusi adalah
pemindahan atau kompromi di mana kepuasan yang diperoleh masih mirip dengan
kepuasan aslinya.
3.
Kompensasi adalah
kompromi dengan mengganti insting yang harus dipuaskan. Gagal memuaskan insting
yang satu diganti dengan memberi kepuasan insting yang lain.
Kemampuan untuk membentuk obyek
pengganti ini adalah mekanisme yang paling kuat dalam perkembangan kepribadian.
Semua perhatian, minat, kegemaran, nilai-nilai, sikap, dan ciri kepribadian
orang dewasa menjadi ada berkat pemindahan obyek ini.
Represi (Repression)
Represi adalah proses ego memakai
kekuatan anticathexes untuk menekan segala sesuatu(ide, insting, ingatan,
fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.
Dinamika campuran
antara represi dan pemindahan, sebagai berikut:
1.
Represi + displacement: Gadis yang takut mengekspresikan kemarahannya kepada orang tuanya
menjadi memberontak dan ngamuk kepada gurunya.
2.
Represi + symptom histerik: Seorang pilot menjadi buta walaupun secara
fisiologik matanya sehat, sesudah pesawat yang dikemudikannya jatuh dan copilot
teman baiknya meninggal.
3.
Represi + psychophysiological disorder: Wanita yang mengalami migraine setiap
menekan rasa marahnya, memilih menuruti orang lain alih-alih mengikuti
kemauannya sendiri agar tidak perlu timbul rasa marah yang harus ditekan.
4.
Represi + fobia: Pria yang takut dengan barang yang terbuat dari karet. Waktu masa kecil
dia pernah dihukum berat ayahnya karena meletuskan balon karet hadiah adiknya.
Karet ini menjadi pemicu ingatan event hukuman itu dan harapan masa-kecil agar
adiknya mati.
5.
Represi + Nomadisme: Orang
yang selalu pindah tempat atau berubah-ubah interesnya, sebagai usaha melarikan
diri dari susasana frustasi.
Fiksasi dan Regresi (Fixation
and Regression)
Fiksasi
adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu karena
perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan
kecemasan yang terlalu kuat.
Perkembangan
kepribadian yang normal berarti terus bergerak maju atau progresif. Munculnya
dorongan yang menimbulkan kecemasan akan direspon dengan represi. Orang yang
puas berada di tahap perkembangan tertentu, tidak mau progress disebut fiksasi.
Progresi yang gagal membuat orang menarik diri atau regresi.
Pembentukan reaksi (Reaction
Formation)
Tindakan
defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan
dengan impuls atau perasaan lawan/ kebalikannya dalam kesadaran, misalnya;
benci diganti cinta, rasa bermusuhan diganti dengan ekspresi persahabatan.
Biasanya reaksi formasi ditandai oleh sifat serba berlebihan, ekstrim dan
kompulsif.
Pembalikan (Reversal)
Mengubah
status ego aktif menjadi pasif, mengubah keinginan perasaan dan impuls yang
menimbulkan kecemasan menjadi ke arah diri sendiri (seperti turning upon around self), atau reaksi
formasi dengan obyek yang spesifik (pada rekasi formasi perasaan yang dibalik
digeneralisasikan kepada obyek yang luas). Benci
kepada ibu yang pilih kasih, dibalik menjadi benci kepada diri sendiri, atau
dibalik menjadi perasaan cinta kepada ibu.
Projection (Projeksi)
Projeksi
adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotik/ moral menjadi kecemasan
realsitik, dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan
ke obyek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu terprojeksi dari obyek
eksternal kepada diri orang itu sendiri. Pengubahan ini mudah dilakukan karena
sumber asli kecemasan neurotik/ moral itu adalah ketakutan terhadap hukuman
dari luar. Impuls “saya membenci dia” menimbulkan kecemasan neurotik (saya akan
dihukum) diprojeksikan menjadi “dia membenci saya” (dia yang akan dihukum). Impuls “saya mencintai dia” menimbulkan
kecemasan neurotik (malu kalau ditolak) diprojeksikan menjadi “dia mencintai saya”
(dia yang akan malu).
Reaksi Agresi (Aggressive
Reactions)
Ego
memanfaatkan drive agresif untuk menyerang obyek yang menimbulkan frustasi.
Menutupi kelemahan diri denga menunjukkan kekuatan drive agresinya, baik yang
ditujukan kepada obyek yang asli, obyek pengganti, maupun ditujukan kepada diri
sendiri. Ego membentuk antikateksis, dengan mempertentangkan insting-insting
agar insting yang menjadi sumber tegangan frustasi dan anxiety tetap berada di
bawah sadar. Ada lima macam reaksi agresi:
1.
Agresi primitif: Siswa yang tidak lulus merusak sekolahnya, atau remaja yang cintanya
ditolak menyerang (menghina) penolaknya itu.
2.
Scapegoating: Membanting piring karena marah kepada isteri.
3.
Free-floating-anger: Sasaran marah yang tidak jelas
4.
Suicide: Rasa
marah kepada diri sendiri sampai merusak diri/ bunuh diri.
5.
Turning around upon the self: (Gabungan antara agresi + pemindahan)
memindah obyek cinta atau agresi kepada diri sendiri, biasanya menjadi perasaan
berdosa, atau depresi.
Intelektualisasi (Intelectualization)
Ego
munggunakan logika rasional untuk menerima kateksis obyek sebagai realitas yang
cocok dengan impuls asli. Mengatasi frustasi dan anxiety dengan memutarbalikkan
realitas untuk mempertahankan harga diri. Ada lima macam intelektualisasi, rasionalisasi,
isolasi, undoing, menyaring perhatian, dan penolakan.
1.
Rasionalisasi (rationalization): Menerima, puas dengan object cathexes dengan mengembangkan alas an
rasional yang menyimpangkan fakta. Ada dua macam rasionalisasi:
♣ Sour-grape rationalization: Menganggap
kateksis obyek yang tidak dapat dicapai sebagai sesuatu yang jelek: mobil yang
canggih itu perawatannya sulit.
♣ Sweet-lemon rationalization: Menganggap
kateksis obyek yang dapat diperoleh sebagai yang terbaik: mobil yang murah
lebih praktis dan tidak merongrong.
2.
Isolasi (Isolation): Mempertentangkan antara komponen afektif dengan kognitif, gejala
neurosis obsesi kompulsi, di mana dorongan insting (yang tidak dapat diterima
ego) bertahan di kesadaran, tetapi tanpa perasaan puas/ senang. Ketika fikiran
bekerja mengikuti dorongan insting itu, perasaan dan dorongan aksi menjadi
inaktif, menjadi obsesi fikiran, obsesi perasaan, atau obsesi perbuatan
(kompulsi).
3.
Undoing: Kecemasan dan dosa akibat kegiatan
negative, ditutupi/ dihilangkan dengan perbuatan positif penebus dosa dalam
bentuk “tingkahlaku ritual”. Setiap kali impuls yang menimbulkan kecemasan
muncul, tingkah laku ritual dilakukan menjadi gejala obsesif kompulsif, untuk
menghilangkan kecemasan moral, untuk meredakan sumber konflik, atau untuk
menghakimi pelampiasan impuls yang terlanjur terjadi.
4.
Denial: Menolak kenyataan, menolak stimulus/
persepsi realistik yang tidak menyenangkan dengan menghilangkan atau mengganti
persepsi itu dengan fantasia tau halusinasi.
Penolakan (Escaping-Avoiding)
Melarikan
diri/ menghindar atau menolak stimulus eksternal secara fisik agar emosi yang
tidak menyenangkan tidak timbul.
Pengingkaran (Negation)
Impuls-impuls
yang direpres diekspresikan dalam bentuk yang negatif, semacam denial terhadap
impuls/ drive, impuls-id yang menimbulkan ancaman oleh ego diingkari dengan
memikirkan hal itu tidak ada. “Siapa yang
marah-saya tidak marah”.
Penahanan Diri (Ego
Restriction)
Menolak
usaha berprestasi, dengan menganggap situasi yang melibatkan usaha itu tidak ada,
karena cemas kalau-kalau hasilnya buruk/ negatif. Mempertahankan self-esteem (yang terancam dari gambaran
diri berprestasi negatif), dengan menolak aktivitas yang dapat dibandingkan
hasilnya dengan hasil orang lain, memilih kedudukan sebagai pengamat/ penilai. Contoh: semangat menantang catur tapi ketika
akan kalah memaksa berhenti.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Freud adalah teoritisi pertama yang
memusatkan perhatiannya kepada perkembangan kepribadian, dan menekankan
pentingnya peran masa bayi dan awal-anak dalam membentuk karakter seseorang.
Freud yakin bahwa struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun,
dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5 tahun sebagian besar hanya
merupakan elaborasi dari struktur dasar tadi. Anehnya, Freud jarang sekali
meneliti anak secara langsung. Dia mendasari teorinya dari analisis terhadap
pasien dewasa. Teknik psikoanalisis mengeksplorasi jiwa pasien antara lain
dengan mengembalikan mereka ke pengalaman masa kanak-kanaknya.
Tiga tahapan
perkembangan kepribadian menurut Freud: Tahap infantile (0-5 tahun), tahap
laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap infantil yang
paling menentukan dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi 3 fase yakni
fase oral, fase anal, dan fase falis.
Fase Oral (usia 0;0-1;0)
Pada fase ini mulut merupakan daerah
pokok aktivitas dinamik, makan/ minum menjadi sumber kenikmatannya. Kepuasan
yang belebihan pada fase oral akan membentuk oral incorporation personality pada masa dewasa, yakni orang
menjadi senang/ fiksasi mengumpulkan pengetahuan atau mengumpulkan harta benda,
atau gampang ditipu (mudah menelan perkataan orang lain). Sebaliknya,
ketidakpuasan pada fase oral, sesudah dewasa orang menjadi tidak pernah puas,
tamak (memakan apa saja) dalam mengumpulkan harta.
Fase Anal (usia 1;0-2/3;0)
Pada fase ini dubur merupakan daerah
pokok aktivitas dinamik, kateksis dan anti kateksis berpusat pada fungsi
eliminer (pembuangan kotoran). Mengeluarkan feses menghilangkan perasaan
tekanan yang tidak menyenangkan dari akumulasi sisa makanan.
Fase Falis (Phallic) (usia 2/3;0-5/6;0)
Pada fase ini alat kelamin merupakan
daerah erogen terpenting. Masturbasi menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada
saat yang sama terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya yang
mengawali berbagai pergantian kateksis obyek yang penting. Perkembangan
terpenting pada masa ini adalah timbulnya Oedipus
complex, yang diikuti fenomena castration
anxiety (pada laki-laki) dan penis
envy (pada perempuan).
Pada anak perempuan, rasa saying
kepada ibu segera berubah menjadi kecewa dan benci sesudah mengetahui
kelaminnya berbeda dengan anak
laki-laki. Ibunya dianggap bertanggung jawab terhadap kastrasi
kelaminnya, sehingga anak perempuan itu mentransfer cintanya kepada ayahnya
yang memiliki organ berharga ( yang ingin dimilikinya ). Tetapi perasaan cinta
itu bercampur dengan perasaan perasaan iri penis (penis envy ) baik kepada ayah maupun kepada laki-laki secara umum.
Tidak seperti pada laki-laki , odipus kompleks pada wanita tidak direpres,
cinta kepada ayah tetap menetap walaupun mengalami modifikasi karena hambatan
realistic pemuasan seksual itu sendiri. Perbedaan hakekat odipus kompleks pada laki-laki dan wanita ini (disebut oleh
pakar psikoanalisis pengikut Freud : electra
complex ) merupakan dasar dari perbedaan psikologik diantara pria dan
wanita. Electra complex menjadi reda
ketika gadis menyerah tidak lagi mengembangkan harapan seksual kepada ayahnya,
dan mengidentifikasi diri kembali kepada ibunya. Proses peredaan ini berjalan lebih
lambat dibanding dengan anak laki-laki, dan juga kurang sempurna. Enerji untuk
mengembangkan superego adalah enerji yang semula dipakai dalam proses odipus.
Penyerahan enerji yang lamban pada wanita membuat superego wanita lebih
lemah/lunak, lebih fleksibel, dibanding superego laki-laki.
Freud
mengasumsikan bahwa setiap orang lahir biseksual ( setiap orang memiliki hormon
seks pria dan wanita) – mempunyai rasa tertarik kepada jenis kelamin yang sama
dan yang berlainan. Secara umum kecenderungan maskulin dominan kepada anak laki-laki, dan kecenderungan
feminim pada wanita, sehingga umumnya orang mengidentifikasi diri dengan jenis
seks yang sama dengan dirinya dan memilih seks lain sebagai partner. Impuls
homoseksual biasanya tetap laten, terekspresikan dalam identifikasi parsial
(keberpihakan) terhadap orang tua lawan jenis, misalnya pria yang sudah kawin
mengidentifikasi ibunya dalam pilihan karir (sebagai artis).
Fase Laten (latency)
(usia 5/6;0 -12/13;0)
Dari usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami
periode peredaan impuls seksual, disebut periode laten. Menurut Freud,
penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya daerah erogen baru yang
dimunculkan oleh perkembangan biologis. Jadi fase laten lebih sebagai fenomena
biologis, alih-alih bagian dari perkembangan psikoseksual. Pada fase laten ini
anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan libido dengan
kepuasan non seksual, khususnya bidang intelektual. Atletik, keterampilan, dan
hubungan teman sebaya. Fase laten juga ditandai dengan percepatan pembentukan
superego ; orang tua bekerja sama dengan anakberusaha merepres impuls seks agar
enerji dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk sublimasi dan pembentukan
superego. Anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dibandingkan dengan masa
sebelum dan sesudahnya (masa pubertas).
Odipus kompleks laki-laki
dan perempuan
Laki-laki
|
Perempuan
|
Identifikasi/mencintai
ibu
|
Identifikasi/mencintai
ibu
|
Benci ayah yang
menjadi saingan
|
Penis envy
|
Cemas dikebiri
|
Benci ibu – cinta
kepada ayah
|
Identifikasi
kepada ayah
|
Identifikasi
kepada ibu
|
Odipus complex
berhenti seketika
|
Odipus complex
berhenti berangsur
|
Superego
berkembang kuat
|
Superego
berkembang lemah
|
Fase Genital (usia 12/13;0 – dewasa)
Fase dimulai dengan
perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja. Sistem endokrin memproduksi
hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara,
rambut, buah dada, dll), dan pertumbuhan tanda seksual primer. Impuls
pregenital bangun kembali dan membawa aktivitas dinamis yang harus diadaptasi,
untuk mencapai perkembangan kepribadian yang stabil. Dan fase falis, kateksis
genital mempunyai sifat narkistik; individu mempunyai kepuasan dari
perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diinginkan hanya karena
memberikan bentuk – bentuk tambahan dari kenikmatan jasmaniah. Pada fase
genital, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek diluar, seperti;
berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis,
perkawinan dan keluarga. Terjadi perubahan dari anak yang narkistik menjadi
dewasa yang berorientasi sosial, realistik, dan altruistik.
Fase genital berlanjut sampai orang tutup usia, dimana
puncak perkembangan seksual dicapai ketika orang dewasa mengalami kemasakan
kepribadian. Ini ditandai dengan kemasakan tanggung jawab seksual sekaligus
tanggung jawab hubungan sosial, mengalami kepuasan melalui hubungan cinta
heteroseksual tanpa diikuti dengan perasaan berdosa atau perasaan bersalah.
Pemuasan impuls libido melalui hubungan seksual memungkinkan kontrol fisiologis
terhadap impuls genital itu; sehingga akan membebaskan begitu banyak enerji
psikis yang semula dipakai untuk mengontrol libido, merepres perasaan berdosa,
dan dipakai dalam konflik antara id-ego-superego dalam menangani libido itu.
Enerji itulah yang kemudian dipakai untuk aktif menangani masalah-masalah
kehidupan dewasa, belajar bekerja, menunda kepuasan, menjadi lebih bertanggung
jawab. Penyaluran kebutuhan insting ke obyek diluar yang altruistik itu telah
menjadi cukup stabil, dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan melakukan
pemindahan-pemindahan, sublimasi-sublimasi, dan identifikasi-identifikasi.
Berikut beberapa gambaran tingkah laku dewasa yang masak, ditinjau dari
dinamika kepribadian Freud:
1.
Menunda kepuasan: dilakukan karena obyek pemuas yang belum
tersedia , tetapi lebih sebagai upaya memperoleh tingkat kepuasan yang lebih
besar pada masa yang akan datang.
2.
Tanggung jawab:kontrol tingkah laku dilakukan oleh superego
berlangsung efektif, tidak lagi harus mendapat bantuan kontrol dari lingkungan.
3.
Pemindahan/sublimasi: mengganti kepuasan seksual menjadi
kepuasan dalam bidang seni, budaya, dan keindahan.
4.
Identifikasi: memiliki tujuan-tujuan kelompok, terlibat dalam
organisasi sosial, politik, dan kehidupan sosial yang harmonis.
Aplikasi
Ranah applikasi
psikoanalisis cukup bervariasi, yang terpenting diantaranya aplikasi di bidang
psikopatologi, psikoterapi, psikosomatis, dan pengasuhan anak. Namun pada
dasarnya psikoanalisis dapat memberi sumbangan dalam berbagai bidang
kemanusiaan, seperti masalah persekolahan, narapidana, kemiliteran, advertensi,
sosial-antropologi, kreativitas, seni, dsb.
Psikopatologi
Perkembangan
kpribadian dipandang sebagai sesuatu yang kumulatif, sehingga gangguan pada
masa awal perkembangan akan menjadi peristiwa traumatik yang pengaruhnya terasa
sampai dewasa. Orang dewasa yang fondasi kepribadiannya lemah bisa menjadi
mengalami psikopatologi. Berikut dinamika jiwa menurut psikoanalisis pada
beberapa jenis psikopatologi:
1.
Histeria, disebut juga conversion
disorder: kelumpuhan tanpa sebab-sebab fisik, menurut psikoanalisis ini
akibat adanya transformasi dari konflik-konflik psikis menjadi malfungsi fisik.
Remaja yang menjadi tuli karena keluarga
– terutama ayahnya – sangat keras dalam mengkritik/memarahi dirinya tanpa alas
an yang jelas.
2.
Fobia : ketakutan yang sangat dan tidak pada tempatnya, oleh
Freud dianalisis sebagai dampak dari kecemasan yang yang dialihkan, bisa
kecemasan yang berkaitan dengan impuls seksual atau kecemasan akibat peristiwa
traumatik. Wanita yang fobia naik kapal,
karena pernah mengalami perkosaan di sebuah kapal.
3.
Obsesi-kompulsi, mempunyai tema yang sangat bervariasi. Tema
kebersihan, penyakit, kekejaman, dilatar belakangi oleh konflik seksual pada
fase anal. Karena kencing sembarangan seorang ayah menakut-nakuti anaknya
dengan pisau yang kebetulan sedang dibawanya. Sesudah dewasa dia menjadi ayah terobsesi membunuh anak yang
dicintainya. Dia sembunyikan semua senjata tajam di tempat tertentu, dan terus
menerus dicek-nya (kompulsi) apakah pisau itu masih berada di sana.
4.
Depresi: perasaan tidak mampu, tidak kompeten, kehilangan
harga diri, dan merasa bertanggung jawab terhadap semua kejadian buruk (pada
dirinya dan lingkungannya). Menurut Freud, akar masalahnya adalah kehilangan
cinta pada Oedipus complex, yang membuat orang marah kepada diri sendiri,
karena dia kehilangan cinta dari orang tua, dari teman, bahkan dari negaranya.
5.
Ketagihan Obat/Alkohol: Interpretasi psikoanalisis terhadap
ketagihan obat/alcohol bervariasi. Freud menganggap adiksi dilatarbelakangi
oleh insting mati. Pakar psikoanalisis lain mengatakan adiksi menjadi salah
satu cara mengalahkan kontrol superego. Orang menjadi bebas memperoleh apa yang
diinginkannya ( walaupun hanya sebentar). Ada juga yang menganalisis botol minuman
sebagai represantasi dari buah dada ibu pada fase oral.
Aplikasi psikoanalisis yang
terpenting adalah psikoterapi. Ini bisa dipahami karena pada dasarnya Freud
mengembangkan teori psikoanalisisnya dari praktek psikoterapi yang
dilakukannya. Psikoterapi tradisional sangat memakan waktu. Biasanya pertemuan
terapeutik dilakukan 4 atau 5 kali seminggu ( 1 sampai 2 jam setiap pertemuan
), selama 2 sampai 3 tahun.
Tujuan
Bukan semata-mata
menghilangkan sindrom yang tidak dikehendaki, tetapi terutama bertujuan
memperkuat ego sehingga mampu mengontrol impuls insting , dan memperbesar
kapasitas individu untuk mencintai dan berkarya. Klien belajar bagaimana
mensublimasi impuls agresi dan impuls seksual , belajar bagaimana mengarahkan
keinginan dan bukan malahan diarahkan oleh keinginan.
Teknik yang Dipakai
Terutama asosiasi bebas ( free association ), analisis mimpi ( dream analysis ), Freudian slips (parapraxes), interpretasi ( interpretation ), analisis resisten (resistence), tranferensi (transference)
dan pengulangan (working through).
1.
Asosiasi bebas
Klien selama sesi
terapi mengatakan apa saya yang terlintas dalam pikirannya, tidak peduli hal
itu remeh, memalukan, tidak logis, dan atau kabur. Ada tiga asumsi yang menjadi
dasar free association:
a.
Apa saja yang dikatakan dan dilakukan seseorang sekarang,
mempunyai makna dan berhubungan dengan perkataan dan perbuatanya di masa lalu,
b.
Materi tak sadar berpengaruh penting terhadap tingkah laku,
dan
c.
Materi tak sadar dapat dibawa ke kesadaran denga mendorong
ekspresi bebas setiap kali mereka muncul kedalam pikiran.
Asumsi ini menganggap dengan
teknik asosiasi bebas, terjadi asosiasi antara even nyata dengan gambaran
mental( ingatan dan mimpi ) yang dapat mengungkap materi yang direpres. Jadi
asosiasi bebas tidak benar-benar bebas, tetapi secara khusus membuat
hubungan-hubungan, dan alurnya ditentukan oleh proses tak sadar yang aktif saat
itu. Menurut Freud, walaupun pasien menghalangi topik tertentu dan berusaha
menyembunyikannya, suatu ketika terbentuk rantai asosiasi yang membuat terapis
dapat memahami konflik mental dan emosional pasien itu.
2.
Analisis mimpi
Ketika tidur, kontrol kesadaran menurun, dan mimpi adalah
ungkapan isi-isi tak sadar karena turunnya control kesadaran itu. Klien
melaporkan apa yang dimimpikannya dalam asosiasi bebas, menjadi bahan yang kaya
untuk dianalisis terapis.
3.
Freudian slip
Meliputi : salah ucap, salah membaca, salah dengar, salah
meletakkan obyek, dan tiba-tiba lupa. Semuanya itu menurut Freud bukan kejadian
kebetulan, tetapi kejadian yang dipengaruhi oleh insting ketidaksadaran.
Analisis akan dapat mengungkap gambaran mental yang ada dibalik slip itu.
4.
Interpretasi
Mengenalkan kepada klien makna yang tidak disadarinya dari
pikiran, perasaan dan keinginannya.
5.
Analisis resistensi
Resistensi adalah mekanisme pertahanan klien, dan analisis
akan mengungkap unsur yang penting dari masalah yang ingin disembunyikan klien.
6.
Transference
Pengungkapkan isi-isi ketidaksadaran yang tersimpan sejak
anak-anak, dengan memakai terapis sebagai medianya.
7.
Working through
Terus menerus menginterpretasi dan mengidentifikasi masalah klien,
mengulangi resistensi dan transferensi, pada seluruh aspek pengalaman kejiwaan.
Psikosomatis
Pada histeria,
gangguan fisiknya adalah kelumpuhan, sesuatu yang berhubungan dengan pengaturan
tingkah laku. Psikosomatis adalah patologi organik yang diawali atau kemudian
gejalanya diperberat oleh stimulasi lingkungan nonpatologik. Gangguann alergi,
eksim, asma, diare yang psikosomatis, ketika diobati memakai mediko-kimia dapat
sembuh, namun tidak sempurna atau mudah kambuh dengan sebab yang tidak
berkaitan dengan penyakit itu. Psikoanalisis mengungkap akar masalah psikis
yang melatarbelakangi penyakit itu, dan membantu pengobatan dengan psikoterapi
agar kesembuhan menjadi permanen.
Pengasuhan anak
Perhatian
terhadap pertumbuhan anak sampai usia balita , secara langsung atau tidak
langsung merupakan sumbangan penting dari psikoanalisis. Konsep seksual
infantil dan odipus kompleks memang banyak mendapat kritikan. Namun bahwa
perkembangan masa kecil merupakan fondasi kepribadian, umumnya diterima, dengan
berbagai variasi. Paling tidak, psikoanalisis mendorong orang tua untuk
menghindari kemungkinan terjadi frustasi pada bayinya. Jangan ada frustrasi,
jangan ada konflik, agar terhindar dari patologi psikis. Lakukan toilet
training secara lembut, lakukan penanaman moral secara bijak, lakukan
pengenalan peran seksual pada saat yang tepat, agar kepribadian anak berkembang
sempurna.
Evaluasi
Teori psikoanalisis
Freud menjadi paradigma psikologi kepribadian, dan terapan psikoanalisis dalam
terapi jiwa menjadi primadona sampai sekarang. Pemikiran Freud sangat
menantang, konsepnya tentang individu luas dan mendalam. Pengamatannya teliti,
disiplin dan berani dalam mengembangkan pikiran. Teorinya mencoba memotret
manusia, baik fisik maupun psikisnya. Sumbangan utama Freud adalah menyadarkan
bahwa proses tak sadar mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tingkah
laku. Memang kengototan Freud mempertahankan insting seksual sebagai isi utama
ketidaksadaran banyak mendapat sanggahan, tetapi semua setuju bahwa proses
taksadar itu ada, dan para pakar akan mengembangkan konsepnya sendiri-sendiri
apa saja isi taksadar itu.
Aplikasi teori Freud dibidang psikopatologi, psikoterapi
dan pengasuhan anak, sampai sekarang masih tetap dirasakan pengaruhnya. Banyak
konsep-konsep Freud yang kontroversial. Odipus kompleks misalnya, banyak
ditentang karena tidak mungkin dibuktikan memakai kaidah eksperimen ilmiah,
tetapi konsep itu terbukti dapat membantu mengobati gangguan neurotik banyak
penderita. Namun dengan segala kekurangannya konsep-konsep Freud sudah membuka
wacana, mengusik perhatian dan mendorong pakar-pakar psikologi berusaha
menemukan teori alternatif yang lebih baik.
Kritik terhadap teori Freud sangat banyak, tidak ada
teori yang menerima kritik sebanyak Freud, kecuali mungkin kritik terhadap
teori evolusi dari Darwin. Kritik yang paling serius adalah teori Freud tidak
dikembangkan memakai metode ilmiah. Freud tidak menyusun laporan risetnya
secara sistematik sehingga sangat sulit menilai kerjanya. Tanpa definisi
operasional, tanpa eksperimen dengan kelompok kontrol, tanpa pengukuran
kuantitatif, dan tanpa bukti saling berhubungan antar gejala, nilai prediktif
dari teori Freud meragukan. Pendek kata, dari sisi metodologi teori Freud tidak
ilmiah.