A. PENGERTIAN ASESMEN SERTA FORMATNYA
Pengantar
Asesmen merupakan cara salah satu
kegiatan pengukuran. Dalam konteks bimbingan konseling, asesmen yaitu
mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan konselor sebelum,
selama, dan setelah konseling tersebut dilaksanakan/berlangsung. Asesmen
merupakan salah satu bagian terpenting dalam seluruh kegiatan yang ada dalam
konseling (baik konseling kelompok maupun konseling individual). Karena itulah
maka asesmen dalam bimbingan dan konseling merupakan bagian yang
terintegral dengan proses terapi maupun semua kegiatan bimbingan/konseling itu sendiri.
terintegral dengan proses terapi maupun semua kegiatan bimbingan/konseling itu sendiri.
Asesmen dilakukan untuk menggali
dinamika dan faktor penentu yang mendasari munculnya masalah. Hal ini
sesuai dengan tujuan asesmen dalam bimbingan dan konseling, yaitu mengumpulkan
informasi yang memungkinkan bagi konselor untuk menentukan masalah dan memahami
latar belakang serta situasi yang ada pada masalah klien. Asesmen yang
dilakukan sebelum, selama dan setelah konseling berlangsung dapat memberi
informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi konselee.
Dalam prakteknya, asesmen dapat digunakan sebagai alat untuk menilai
keberhasilan sebuah konseling, namun juga dapat digunakan sebagai sebuah terapi
untuk menyelesaikan masalah konselee.
Asesmen
merupakan kegiatan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan/kompetensi yang
dimiliki oleh konselee dalam memecahkan masalah. Asesmen yang
dikembangkan adalah asesmen yang baku dan meliputi beberapa aspek yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor dalam kompetensi dengan menggunakan indikator-indikator
yang ditetapkan dan dikembangkan oleh guru BK/konselor
sekolah. Asesmen yang diberikan kepada konselee merupakan pengembangan
dari area kompetensi dasar pada diri konselee yang akan dinilai, yang kemudian
akan dijabarkan dalam bentuk indikator-indikator. Pada umumnya asesmen
bimbingan konseling dapat dilakukan dalam bentuk laporan diri,performance
test, tes psikologis, observasi, wawancara, dan sebagainya. Dalam
pelaksanaannya, asesmen merupakan hal yang penting dan harus dilakukan
dengan berhati-hati sesuai dengan kaidahnya. Kesalahan dalam mengidentifikasi
masalah karena asesmen yang tidak memadai akan menyebabkan tritmen gagal;
atau bahkan dapat memicu munculnya konsekuensi dari tritmen yang merugikan diri
konselee. Meskipun menjadi dasar dalam melakukan tritmen pada konselee,
tidak berarti konselor harus menilai (to assess) semua latar
belakang dan situasi yang dihadapi klien pada saat itu jika tidak perlu.
Hood & Johnson (1993)
menjelaskan ada beberapa fungsi asesmen, diantaranya adalah untuk:
1. Menstimulasi
konselee maupun konselor mengenai berbagai isu permasalahan
2. Menjelaskan
masalah yang senyatanya
3. Memberi
alternatif solusi untuk masalah
4. Menyediakan
metode untuk dengan memperbandingkan alternatif shg dapat diambil keputusan
5. Memungkinkan
evaluasi efektivitas konseling
Selain itu,
asesmen juga diperlukan untuk memperoleh informasi yang membedakan antara apa
ini (what is) dengan apa yang diinginkan (what is desired)
sesuai dengan kebutuhan dan hasil konseling.
Asesmen memiliki hubungan yang
sangat signifikan dengan perencanaan dan pelaksanaan model-model pendekatan
konseling. Jika kedua komponen tersebut didesain dengan pendekatan “client
centered” atau “bottom up”, asesmen akan
mengarah pada inovasi. Hal ini memiliki makna bahwa asesmen tidak hanya
berorientasi pada hasil/produk akhir, tetapi justru akan lebih terfokus pada
proses konseling, yaitu mulai dari membuka konseling sampai dengan mengakhiri
konseling; atau setidak-tidaknya akan ada keseimbangan antara proses konseling
dengan hasil konseling. Dengan demikian asesmen akan benar-benar bisa
memenuhi kriteria objektivitas dan keadilan, sehingga keputusan yang akan
diambil oleh konselee dapat benar-benar sesuai dengan kemampuan diri
konselee itu sendiri.
B. Tujuan Asesmen
Hood & Johnson (1993)
menjelaskan bahwa asesmen dalam bimbingan dan konseling mempunyai beberapa
tujuan, yaitu:
1.
Orientasi masalah, yaitu untuk membuat konselee mengenali
dan menerima permasalahan yang dihadapinya, tidak mengingkari bahwa ia
bermasalah
2.
Identifikasi masalah, yaitu membantu baik bagi konselee
maupun konselor dalam mengetahui masalah yang dihadapi konselee secara mendetil
3.
Memilih alternatif solusi dari berbagai alternatif
penyelesaian masalah yang dapat dilakukan oleh konselee
4.
Pembuatan keputusan alternatif pemecahan masalah yang paling
menguntungkan dengan memperhatikan konsekuensi paling kecil dari beberapa
alternatif tersebut
5.
Verifikasi untuk menilai apakah konseling telah berjalan
efektif dan telah mengurangi beban masalah konselee atau belum
C. Langkah-langkah Asesmen
Apapun bentuk
dan jenis asesmen yang dilakukan, hal ini tetap menuntut suatu perencanaan,
termasuk pada saat melakukan analisis. Dengan demikian maka akan diperoleh alat
ukur atau instrumen yang benar-benar dapat diandalkan (valid) dan dapat
dipercaya (reliabel) dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Berikut ini
adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan asesmen:
1.
Perencanaan
Aspek yang
harus ada dalam perencanaan asesmen adalah:
a. Memilih
fokus asesmen pada aspek tertentu dari diri konselee
Salah satu
penentu keberhasilan konseling adalah kemauan dan kemampuan konselee itu
sendiri. Dalam konseling, keputusan akhir untuk pemecahan masalah yang dihadapi
ada pada diri konselee. Konselor/guru BK bukan pemberi nasihat, bukan pengambil
keputusan mengenai apa yang harus dilakukan konselee dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya.
Karena itu,
untuk keberhasilan konseling, konselee dapat bekerjasama dengan guru
BK/konselor, dan dengan bantuan guru BK maka konselee diharapkan mampu
memunculkan ide-ide pemecahan masalah, dan konselee memiliki keberanian
serta kemampuan untuk mengambil keputusan, mampu memahami diri sendiri,
dan mampu menerima dirinya sendiri. Berdasarkan hal tersebut di atas,
maka konselor menentukan akan melakukan asesmen dengan memfokuskan
pada salah satu aspek dalam diri konselee saja.
b.
Memilih instrumen yang akan digunakan.
Setelah
ditentukan fokus area asesmen, Anda dapat merencanakan instrumen yang akan
digunakan dalam asesmen. Banyak instrumen yang dapat digunakan dalam asesmen
seperti tes psikologis, observasi, inventori, dan sebagainya. Tetapi untuk
menentukan instrumen sangat tergantung pada aspek apa yang akan
diasesmen.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam memilih instrumen dalam asesmen diantaranya yaitu: (i)
kemampuan guru BK sendiri, (ii) kewenangan guru BK (baik dalam
mengadministrasikan maupun dalam interpretasi hasilnya), (iii) ketersediaan
instrumen, (iv) waktu yang tersedia, dan (v) dana yang tersedia.
c. Penetapan waktu
Perencanaan
waktu yang dimaksud adalah kapan asesmen akan dilakukan. Penetapan waktu ini
sangat erat berhubungan engan persiapan pelaksanaan asesmen. Persiapan akan
banyak menentukan keberhasilan suatu asesmen, misalnya mempersiapkan
instrumen, tempat, dan peralatan lain yang diperlukan dalam pelaksanaan
asesmen.
d. Validitas
dan reliabilitas
Apabila
instrumen yang kita gunakan adalah buatan sendiri atau dikembangkan sendiri,
maka instrumen itu perlu diuji validitas dan reliabilitasnya.
2.
Pelaksanaan
Setelah
perencanaan asesmen selesai, selanjutnya adalah bagaimana melaksanakan rencana
yang telah dibuat tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan asesmen adalah pelaksanaannya harus sesuai dengan manual
masing-masing instrumen. Manual suatu instrumen biasanya memuat:
(i) cara mengerjakan, (ii) waktu yang digunakan untuk mengerjakan asesmen, (iii) kunci jawaban, (iv) cara analisis, dan (v) interpretasi.
(i) cara mengerjakan, (ii) waktu yang digunakan untuk mengerjakan asesmen, (iii) kunci jawaban, (iv) cara analisis, dan (v) interpretasi.
3. Analisis data
Langkah selanjutnya adalah analisis
data, yaitu melakukan analisis terhadap data yang diperoleh melalui
instrumen yang digunakan untuk mengambil data. Analisis dilakukan dengan
mengikuti petunjuk yang ada dalam manual masing-masing
instrumen. Metode analisis data dalam asesmen
konseling sangat tergantung data yang diperoleh. Misal data yang diperoleh
berbentuk kualitatif atau data kuantitatif.
Apabila data
bersifat kualitatif, maka kita melakukan analisis data kualitatif.
Metode analisis data kualitatif misalnya deskriptif naratif. Wilcox dalam Farida
(2000) misalnya menggunakan pendekatan ”key incident” dalam
analisis deskripsi kualitatif tentang kegiatan pendidikan.
Pendekatan key
incident memungkinkan bagi kita untuk memasukkan sejumlah besar
kesimpulan dari bermacam-macam data yang berasal dari berbagai sumber, misalnya
dari catatan lapangan, dokumen informasi demografi, atau wawancara. Apabila
banyak data kualitatif yang dianalisis sementara asesmen masih berlangsung maka
beberapa analisis dapat ditunda pelaksanaannya sampai evaluator selesai melakukan
asesmen. Saat melakukan analisis data kualitatif, perlu dilakukan beberapa
langkah sebagai berikut: (i) yakinkan semua data telah tersedia, (ii) buatlah
salinan data untuk berjaga-jaga kalau ada yang hilang, (iii) aturlah data dalam
judul dan masukkan dalam file, (iv) gunakan sistem kartu-kartu dalam map, (v)
periksa kebenaran hasil asesmen.
Apabila data
bersifat kuantitatif maka analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik.
Dalam bimbingan konseling, statistik biasa digunakan untuk analisis data hasil
tes psikologis, misalnya tes inteligensi, tes bakat, dan sebagainya. Dewasa
ini, program statistik dapat dengan mudah dilakukan dengan bantuan komputer,
seperti program excel, LISREL, SPSS, dan sebagainya.
4.
Interpretasi data
Interpretasi diartikan
sebagai upaya mengatur dan menilai fakta, menafsirkan pandangan, dan
merumuskan kesimpulan yang mendukung. Penafsiran harus dirumuskan dengan
hati-hati, jujur, dan terbuka. Berikut ini adalah hal-hal yang harus ada dalam
interpretasi, yaitu:
(i) Komponen
untuk menafsirkan / interpretasi hasil analisis data
Interpretasi
berarti menilai objek asesmen dan menentukan dampak
asesmen tersebut. Pandangan evaluator juga mempengaruhi penafsiran/interpretasi data. Untuk asesmen yang akan digunakan untuk membantu fungsi pendidikan, maka hasil asesmen harus diinterpretasikan sebagai sarana untuk mengetahui kebaikan konselee, dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam tindakan berikutnya bagi orang-orang lain yang berkepentingan/berwenang (Cronbach dalam Farida, 2000).
asesmen tersebut. Pandangan evaluator juga mempengaruhi penafsiran/interpretasi data. Untuk asesmen yang akan digunakan untuk membantu fungsi pendidikan, maka hasil asesmen harus diinterpretasikan sebagai sarana untuk mengetahui kebaikan konselee, dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam tindakan berikutnya bagi orang-orang lain yang berkepentingan/berwenang (Cronbach dalam Farida, 2000).
(ii) Petunjuk
untuk menafsirkan analisis data
Worthen dkk.
(dalam Farida, 2000) menyatakan bahwa para evaluator telah mengembangkan metode
yang sistematik untuk melakukan interpretasi. Diantara metode-metode
tersebut yang sering dipakai akhir-akhir ini adalah: (i) menentukan apakah
tujuan telah dicapai, (ii) menentukna apakah hukum, norma-norma, demokrasi
aturan, dan prinsip-prinsip etik tidak dilupakan, (iii) menentukan
apakah analisis kebutuhan telah dikurangi, (iv) menentukan nilai pencapaian,
(v) bertanya kepada kelompok penilai, melihat kembali data, menilai
keberhasilan dan kegagalan, menilai kelebihan dan kelemahan penafsiran, (vi)
membandingkan variabel-variabel penting dengan hasil yang diharapkan, (vii)
membandingkan analisis yang dilaporkan oleh program yang usahanya sama,
dan (viii) menafsirkan hasil analisis dengan prosedur yang
menghasilkannya. Namun demikian, menginterpretasikan data bukan hanya
pekerjaan evaluator saja, akan tetapi evaluator hanya memberikan
pandangan saja dari sekian banyak pandangan.
5.
Tindak lanjut
Tindak lanjut
adalah menindak lanjuti hasil asesmen atau penggunaan hasil asesmen dalam
konseling. Beberapa kegiatan tindak lanjut diantaranya adalah apakah
konselee perlu melakukan konseling yang memfokuskan pada aspek yang berbeda
lainnya, apakah konselee perlu mendapatkan tritmen tertentu, atau bahkan bisa
jadi konselee perlu mendapatkan rujukan (refferal)
kepada pihak ketiga. Rujukan diperlukan jika guru pembimbing/konselor tidak mempunyai kewenangan atau tidak mempunyai kemampuan untuk menangani masalah yang dihadapi konselee. Misalnya jika klin sudah mengalami gangguan psikotik, maka konselee perlu dirujuk ke psikiater; jika konselee mengalami gangguan dislesia maka perlu dirujuk ke terapis khusus yang menangani gangguan tersebut.
kepada pihak ketiga. Rujukan diperlukan jika guru pembimbing/konselor tidak mempunyai kewenangan atau tidak mempunyai kemampuan untuk menangani masalah yang dihadapi konselee. Misalnya jika klin sudah mengalami gangguan psikotik, maka konselee perlu dirujuk ke psikiater; jika konselee mengalami gangguan dislesia maka perlu dirujuk ke terapis khusus yang menangani gangguan tersebut.
Untuk konseling yang berbasis individu, maka langkah-langkah khusus peerlu
dilakukan, yaitu dengan cara:
1. Menentukan
fokus yang akan dinilai (misal cara konselee dalam merespon, ide-ide pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, dan sebagainya)
2. Menentukan
teknik untuk penilaian (misal dengan observasi, konferensi kasus, atau
wawancara)
3. Menggunakan
teknik penilaian yang telah ditentukan
4. Melakukan analisis data
yang diperoleh dan membicarakan hasilnya dengan konselee
5. Menanggapi
data dengan cermat, dan
6. Melaporkan data
yang telah diolah (laporan hasil konseling)
E. Cara
Pengumpulan Informasi Asesmen
Pengumpulan
informasi untuk asesmen berbasis individu dapat dilakukan secara resmi/formal,
dan tidak resmi/informal. Secara resmi misalnya, individu dipanggil untuk
melakukan wawancara konseling dengan konselor, atau guru BK meminta individu
melakukan tes psikologis dan/atau tes perbuatan (performance test).
Secara tidak resmi, misalnya konselee mengerjakan kegiatan-kegiatan yang
sengaja dibuat untuk melaksanakan hasil keputusan dalam konseling. Hal ini
dapat dilakukan dengan melakukan penilaian dengan menggunakan metode
pengamatan/observasi, pencatatan, dan pengumpulan hasil kegiatan konselee.
Ada dua macam metode asesmen yang
dapat digunakan guru pembimbing atau konselor, yaitu:
1.
Tidak langsung/indirect seperti wawancara,
kuesioner, retrospektif rating oleh orang lain, baik dengan representasi
kata verbal maupun tulisan
2.
Langsung/direct seperti observasi diri,
analog role play, analog
perilaku bebas (setting mirip tapi bukan sesungguhnya), role play alamiah, perilaku bebas alamiah (setting sesungguhnya)
perilaku bebas (setting mirip tapi bukan sesungguhnya), role play alamiah, perilaku bebas alamiah (setting sesungguhnya)
Berikut ini penulis akan menjelaskan
secara ringkas beberapa metode asesmen yang mudah dan sering digunakan
oleh guru pembimbing/konselor.
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah
satu metode asesmen yang digunakan untuk
mendapatkan data tentang individu dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan (face to face relation). Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab, dandalam hubungan tatap muka. Ini merupakan keunggulan teknik wawancara, karena gerak dan mimik yang dilakukan oleh responden merupakan pola media yang dapat melengkapi kata-kata verbal mereka.
Wawancara dilakukan untuk dapat menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan, pengalaman, emosi, dan motif, yang dimiliki oleh responden. Teknik ini sangat fleksibel dalam mengajukan pertanyaan yang lebih rinci, dan memungkinkan siswa untuk mengatakan dengan jelas tentang kegiatan, minat, cita-cita, harapan-harapan, kebiasaan-kebiasaan, dan hal-hal lain mengenai dirinya.
mendapatkan data tentang individu dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan (face to face relation). Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab, dandalam hubungan tatap muka. Ini merupakan keunggulan teknik wawancara, karena gerak dan mimik yang dilakukan oleh responden merupakan pola media yang dapat melengkapi kata-kata verbal mereka.
Wawancara dilakukan untuk dapat menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan, pengalaman, emosi, dan motif, yang dimiliki oleh responden. Teknik ini sangat fleksibel dalam mengajukan pertanyaan yang lebih rinci, dan memungkinkan siswa untuk mengatakan dengan jelas tentang kegiatan, minat, cita-cita, harapan-harapan, kebiasaan-kebiasaan, dan hal-hal lain mengenai dirinya.
Hal-hal yang menjadi target
wawancara diantaranya adalah:
1. Mengumpulkan informasi dari klien yang menggambarkan
masalah serta kekuatan mereka yang berkaitan dengan perasaan, pikiran, dan
perilaku mereka (baik yang terlihat maupun tidak); terutama yang berhubungan
dengan fungsi interpersonal klien.
2. Konselor tidak boleh melakukan
penolakan, prejudice (berprasangka), atau melebih-lebihkan
hasil wawancara tersebut
Wawancara sendiri terdiri
dari beberapa bagian, yaitu:
1. Permulaan atau pendahuluan
wawancara, yang ditujukan untuk mendapatkan hubungan yang baik (dalam
mengadakan kontak yang pertama), dan biasanya diisi dengan penyampaian maksud
serta tujuan dari wawancara itu. Jika telah terjadi hubungan yang
baik dan timbul perasaan saling percaya maka hal ini akan besar artinya
dalam proses wawancara selanjutnya.
2. Inti
wawancara, dimana maksud serta tujuan wawancara harus dapat
dicapai. Misalnya apabila maksud dari wawancara adalah untuk
mengumpulkan data latar belakang sosial, maka pada bagian ini maksud itu harus
bisa dicapai.
3. Akhir wawancara,
yang merupakan bagian untuk mengakhiri jalannya wawancara, yangdapat
ditutup dengan melakukan penyimpulan tentang apa yang telah dibicarakan,
dapat juga dengan menentukan waktu kapan akan dilanjutkan lagi bila masih
dibutuhkan
untuk mengadakan wawancara lagi.
untuk mengadakan wawancara lagi.
Berikut ini adalah
contoh Pedoman Wawancara:
1. Wawancara ke :
………………………………………………………………….
2. Waktu wawancara :
…………………………………………………………….
3. Tempat wawancara : ……………………………………………………………
4. Masalah :
…………………………………………………………………………...
5. Nama siswa :
……………………………………………………………………...
6. Proses wawancara :
……………………………………………………………..
No
|
Pertanyaan
|
Uraian
/Jawaban |
|
7. Kesimpulan/ catatan
: …………………………………………………………………….
2. Angket
Angket atau kuesioner adalah
serangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis yang diajukan kepada responden
untuk memperoleh jawaban secara tertulis pula. Pertanyaan/pernyataan
dalam angket akan bergantung
pada maksud serta tujuan yang ingin dicapai dari pemberian angket tersebut. Pada umumnya, angket mengandung dua bagian pokok, yaitu:
pada maksud serta tujuan yang ingin dicapai dari pemberian angket tersebut. Pada umumnya, angket mengandung dua bagian pokok, yaitu:
a. Bagian yang mengandung data
identitas.
b. Bagian yang mengandung
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan fakta atau opini.
Berikut ini adalah
contoh angket
I. Identitas Orangtua
1. Nama : ……………………………………………..
2. Alamat : ……………………………………………..
3. Pekerjaan : …………………………………………….
4. Tempat/ tgl lahir :
…………………………………………….
5. Pendidikan terakhir :
…………………………………………….
6. Agama : …………………………………………….
II. Identitas Siswa
1. Nama : ……………………………………………..
2. Kelas/ program :
……………………………………………..
3. No. Induk/ absen :
……………………………………………..
4. Jenis kelamin :
…………………………………………….
5. Tempat/ tgl lahir
III. Petunjuk :
Berikan tanda cek (v) pada kolom yang sesuai dengan keadaan Anda yang
sebenarnya.
No
|
Pertanyaa
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Menurut Anda, apakah anak
Anda setiap hari belajar di rumah/tempat les/rumah teman?
|
||
2
|
Apakah anak Anda mempunyai jam
belajar yang pasti?
|
||
3
|
Apakah anak Anda mengikuti
kegiatan les (mata
pelajaran)? |
||
4
|
Apakah anak Anda
belajar meski tidak ada tugas/ ulangan saja?
|
3. Observasi
Observasi (pengamatan) adalah metode
pengumpulan data dengan mencatat informasi sebagaimana yang mereka
saksikan selama pengamatan, baik secara langsung atau tidak langsung, sehingga
diperoleh data tingkah laku yang tampak (behavior observable), apa
yang dikatakan, dan apa yang diperbuatnya. Teknik ini dapat dilakukan secara
terencana atau pun sewaktu-waktu bilamana terjadi sesuatu yang menarik.
Menurut cara dan tujuannya, observasi
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Observasi partisipatif, yaitu
observasi yang dilakukan oleh observer (pengamat) yangturut
mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diobservasi(observee).
b. Observasi sistematis,
yaitu observasi yang direncanakan terlebih dahulu sehingga telah
diketahui aspek yang akan diobservasi sesuai dengan tujuan, waktu, dan
alat yang dipakai.
c. Observasi
eksperimental, yaitu observasi yang dilakukan untuk mengetahui perubahan atau
gejala-gejala sebagai akibat
dari sebuah situasi/perlakuan yang sengaja diadakan.
Berdasarkan hubungan observer (pengamat)
dengan kelompok yang diamatinya (observee),observasi dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut ini :
a. Partisipan penuh, yaitu
pengamat menyamakan diri dengan orang yang diobservasisehingga dapat merasakan
dan menghayati apa yang dialami oleh observee.
b. Observer sebagai
pengamat, yaitu membatasi diri dalam berpartisipasi sebagai pengamat,
dan observee menyadari bahwa dirinya adalah obyek pengamatan.
c. Observer sebagai
partisipan yang berpartisipasi sebatas yang dibutuhkan
dalam pengamatannya.
d. Pengamat sempurna (complete
observer), yaitu observer hanya mejadi pengamat tanpa
partisipasi dengan yang diamati dan mengambil mempunyai jarak
dengan observee.
Contoh panduan
observasi sistematis perilaku konselee dalam kelas.
No
|
Komponen
|
Nilai
|
||||
1
|
Berbicara
dengan teman saat belajar di kelas
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
2
|
Mengganggu
teman
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
3
|
Membuat
suara-suara keras di kelas
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
4
|
Sering keluar
masuk ruang kelas tanpa ijin
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Malas
mencatat
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
6
|
Sering
bertengkar dengan teman
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
4. Sosiometri
Sosiometri adalah salah satu metode
dalam psikologi sosial yang dikembangkan seorang psikiater Jacob Levi Moreno.
Sosiometri berasal dari bahasa latin socius (social) danmetrum (pengukuran).
Jadi dapat disimpulkan secara sederhana bahwa sosiometri berarti pengukuran
kelompok sosial, atau mempelajari hubungan sosial individu di dalam kelompok
atau untuk mengukur tingkat keterkaitan di antara manusia. Untuk
mendapatkan materi sosiometri, digunakan angket sosiometri atau
kuesioner sosiometris. Prosesnya dilakukan dengan jalan meminta
kepada setiap individu dalam kelompok untuk memilih anggota kelompok
lainnya (tiga orang) yang disenangi atau tidak disenangi dalam bekerja sama
beserta alasannya, kemudian nama-nama yang dipilih disusun menurut nomor
urut yang paling disenangi atau paling tidak disenangi. Dari sinilah dapat
diketahui bentuk-bentuk hubungan dalam kelompok, serta kepopuleran dan
keterasingan individu. Untuk menentukan hubungan sosial ada dua macam bentuk,
yaitu pemilihan sebagai arah yang positif, dan penolakan sebagai
arah yang negatif. Dengan cara ini dapat diketahui siapa saja yang populer, dan
siapa saja yang terasing atau ditolak oleh teman-temannya. Hal ini amat
penting, lebih-lebih bagi seorang guru dalam menyelidiki atau memahami
keadaan masing-masing siswa di dalam kelas. Siswa yang terasingkan atau yang ditolak oleh teman-temannya merupakan problem child yang mungkin sekali akan mengganggu kemajuan dalam pelajarannya. Untuk membantu siswa tersebut maka guru harus mengetahui alasan teman-temannya menolak dia, yang diperoleh dari alasan yang diajukan oleh setiap siswa dalam angket sosiometri itu. Berdasarkan alasan inilah kemudian guru dapat mengambil langkah lebih lanjut dalam memberikan bimbingan kepada siswa tersebut.
keadaan masing-masing siswa di dalam kelas. Siswa yang terasingkan atau yang ditolak oleh teman-temannya merupakan problem child yang mungkin sekali akan mengganggu kemajuan dalam pelajarannya. Untuk membantu siswa tersebut maka guru harus mengetahui alasan teman-temannya menolak dia, yang diperoleh dari alasan yang diajukan oleh setiap siswa dalam angket sosiometri itu. Berdasarkan alasan inilah kemudian guru dapat mengambil langkah lebih lanjut dalam memberikan bimbingan kepada siswa tersebut.
Banyak manfaat
didapat dari sosiometri ini, antara lain adalah untuk:
a. mengetahui
tingkat hubungan sosial siswa di antara teman sekelasnya
b. menilai
perilaku siswa dalam kelompok
c. mengubah
perilaku siswa lain melalui teman yang paling disukainya
d. mengelola kelas dan
membentuk kelompok belajar
e. mengurangi
konflik dan meningkatkan komunikasi antarsiswa
f. menilai
kemajuan siswa yang tengah diterapi masalah komunikasi sosial
Adapun
langkah-langkah dalam sosiometri dapat dijabarkan sebagaimana berikut ini:
a.
Sebelumnya, petugas yang akan memandu asesmen ini berusaha
menciptakan hubungan baik dengan kelompok
b. Petunjuk
diberikan dengan jelas, dengan menerangkan maksud pelaksanaan sosiometri.
c. Diselenggarakan dalam
kondisi antarindividu harus saling mengenal, namun siswa tidak
saling mengetahui jawabannya.
d. Menetapkan
kriteria atau alasan memilih orang lain, kemudian meminta siswa memilih seorang
teman yang paling disukainya
e. Menyajikan
hasil pilihan ke dalam tabel
f. Menyajikan
tabel ke dalam grafik berpola
g. menganalisis
hasil sosiometri yaitu:
Contoh angket
sosiometri 1:
Nama
:…………………………………………………………………………………
L / P
Kelas
:……………………………………………………………………………………
Tanggal:…………,,……………………………………………………………………
Kriterium : untuk kegiatan belajar
kelompok
Pilihan I
:………………………………………………………………………………..
Alasan
:…………………………………………………………………………………..
Pilihan II
:………………………………………………………………………………..
Alasan……………………………………………………………………………………..
|
Contoh angket
sosiometri 2:
Nama :………………………………………… L / P
:………………………………….
Umur :………………………………………… Alamat
:………………………………….
|
Isilah titik-titik di bawah ini
dengan sejujurnya:
1. Pilihlah 3 (tiga) orang teman
Anda dalam kelas ini yang Anda senangi untuk
diajak belajar
bersama:
a……………………………………………..,alasannya……………………………………..
b.
…………………………………………..,alasannya ……………………………………..
c……………………………………………, alasannya……………………………………..
2. Pilihlah seorang teman Anda
yang paling Anda senangi untuk menjadi ketua kelompok
belajar:…………………………, alasannya…………………………..
3. Pilihlah teman Anda yang paling
Anda senangi untuk menjadi ketua kelas:
……………………………………..,
alasannya………………………………………..
4. Pilihlah 3 (tiga) orang teman
Anda dalam kelas ini yang Anda senangi untuk diajak
bermain-main bersama (misalnya: kesenian, olahraga, dan lain-lain):
a.
…………………………………………., alasannya ……………………………………..
b.
…………………………………………, alasannya ……………………………………..
c.
…………………………………………., alasannya ……………………………………..
5. Pilihlah 3 (tiga) orang teman
Anda dalam kelas ini yang kurang Anda
senangi:
a.
………………………………………….., alasannya ……………………………………..
b.
………………………………………., alasannya ……………………………………..
c.
…………………………………………., alasannya……………………………………..
6. Pilihlah seorang teman Anda dalam
kelas ini yang paling tidak Anda senangi:
…………………………………….., alasannya……………………………..
…………………………………….., alasannya……………………………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar